Mt. Sumbing 3371 mdpl
15-16 Agustus 2015
Mengawali perjalanan, Jumat malam tgl 14 Agustus 2015, kami berkumpul di kantor sekitar jam 20.15. Perbekalan dan peralatan untuk pendakian sudah kami persiapkan bersama. Pada kesempatan pendakian kali ini terdiri dari 7 personal yaitu Rudi selaku koordinator, Bachtiar, Gono, Sigit, Singgih, Arif (adiknya Rudi) dan Leman (teman rudi yang tinggal di dekat lokasi pendakian).
Dari kantor kami berenam. Dan kami mengambil beberapa perlengkapan sewa dari persewaan belakang kampus UNS jam 21.30. Kemudian kami berangkat dari solo menuju ke tempatnya Leman (temanggung) memakai mobilnya Gono. Sempat beberapa peralatan tertinggal dikantor. Kamipun harus balik ke kantor untuk mengambilnya, beruntung posisi kami masih di belang Kampus UNS.
Sepanjang perjalanan lumayan jalan agak ramai sebelum memasuki wilayah kopeng. Tak terasa malam makin larut dan sampailah kami di temanggung sekitar jam 11.30 malam, kemudian kami mencari warung makan untuk mengganjal perut kami yang mulai kelaparan. Kami mampir di warung makan dekat alun-alun yang tergolong mahal, menu yang kami pesan adalah nasgor +teh+kerupuk = 17 ribu, Capjai goreng + teh = 22 ribu, saya cuma makan dikit capjay goreng dah terasa kekenyangan.
Setelah merasa cukup kenyang kami melanjutkan perjalanan menuju ketempat Leman ,Kemudian kami menginap dirumahnya Lehman . Tak terasa malampun cepat berlalu kamipun bangun pagi, karena rumah jauh dari masjid dan mushola dirumah hanya kecil kami sholat berjama'ah secara bergantian. setelah sholat shubuh, badan masih terasa capek akhirnya banyak yang tidur kembali.
Pagi itu ternyata ada kabar duka di tetangga teman kami leman, akhirnya kami menunda dan mengalihkan waktu pemberangkatan menuju basecamp siang hari tepatnya setelah dzuhur karena leman harus takziyah terlebih dahulu dan persiapan tuk perbekalan pendakian. Jam menunjukkan waktu sekitar 13.00, setelah kami sholat jama'ah kamipun melanjutkan perjalanan menuju basecamp.
|
Kebersamaan menuju Pendakian |
Jalur pendakian lamuk Mt. Sumbing (3371mdpl) merupakan jalur baru, dimana pembukaan dan peresmian jalur tersebut diadakan sebuah kegiatan pendakian masal. Kegiatan pendakian tersebut diselenggarakan pada tanggal 25 Juli 2015. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk membuka jalur baru sehingga menambahkan daftar jalur baru yakni jalur pendakian lamuk untuk mencapai puncak sumbing (puncak rajawali). Adapun jalur lain yang telah dikenal oleh pendaki meliputi jalur Garung Lama dan Garung Baru (Wonodoso), jalur Cepit Parakan (temanggung), jalur Bowongso (wonosobo) jalur yang tidak disarankan /recomended pasalnya jalur ini masih jarang dilalui pendaki. Dan jalur alternatif lain adalah jalur Mangli Kaliangkrik (magelang). Jalur Mangli adalah jalur paling pendek ketimbang jalur-jalur lain. Btutuh waktu 5-6 jam untuk sampai puncak.
Untuk menuju Basecamp lamuk yang berada di desa Legoksari, dari terminal temanggung ke arah selatan menuju jalan pahlawan dan akan menemui pertigaan jalan ambil arah belok kiri maka akan menemui perempatan yang arah selatan akan ada gapura. Dari sana tinggal lurus saja terus maka akan berakhir di pos lamuk. Kebetulan lokasi tempat tinggal teman kami di dekat jalan utama. Tinggal menuju keselatan ikuti jalan menuju desa lamuk.
Siang itu cuaca amat cerah, sembari menunggu Leman pulang dari ta'ziah dan mengambil perlengkapan, kami bertiga yakni Rudi, Sigit, dan Bachtiar mencari bekal makanan kewarung kelontong, diantaranya kami membeli air mineral 12 botol, mie instan, kopi, susu, coklat coki-coki, roti tawar dll. Kemudian kamipun bersiap untuk berkumpul dan melanjutkan perjalanan.
Dari BaseCamp
Star perjalanan pukul 15.00 dari perkebunan tembakau warga sampai di Pos 1 yakni perbatasan lahan pertanian dengan perhutanan sekitar jam 16.00
Akhirnya sampai juga di Basecamp, tepatnya bangunan sebelah barat balai desa Legoksari. Di basecamp ini kami bertemu dengan warga dan bercengkrama sembari melakuan regristrasi. Disini kami kenal dengan pak Topo dan pak Riyanto selaku petugas serta warga lainnya yang begitu ramah menyambut kami. Biaya regristrasi 5 ribu/orang. Kamipun istrirahat sejenak di Basecamp sembari mempersiapkan diri untuk pendakian. Kamipun dibekali Pak Topo sebuah peta jalur pendakian agar tidak tersesat. Bahkan kami diberi arahan bila tersesat maka ikuti arah sungai jangan menyeberang.
Dan sebaiknya bagi pendaki ketika sampai di basecamp meminta tolong kepada petugas untuk mengantar sampai ke perkebunan warga, karena dari basecamp menuju ke perkebunan warga cukup menguras tenaga apabila harus jalan kaki, dengan medan tanjakan berbatu yang tertata. Kami menaiki mobil yang siap antar jemput kami dengan biaya PP 150 ribu. Dari Basecamp kearah jalur pendakian yakni perbatasan perkebunan warga yang memakan waktu sekitar 15 menit dengan mobil, sedangkan dengan jalan kaki sekitar 30-45 menit.
Disepanjang perjalanan akan disuguhi pemandangan desa legoksari dan temanggung pada umumnya. Disebelah kanan-kiri adalah ladang tembakau milik warga. Ketinggian tanah disini baru mencapai 1.400mdpl. Setelah kita melewati perkebunan tembakau, kita akan memasuki hutan perhutani, dan dari sinilah petualangan dimulai.
|
Perjalanan sebelum kawah segoro wedi |
POS I
Posisi Pos 1 berada di beberapa meter dari bibir hutan. Disana terdapat tanah lapang yang bisa digunakan untuk melakukan camping. Perjalanan dari pos 1 menuju ke pos 2 paling tidak memerlukan waktu sekitar 2 jam perjalanan standar dengan minimalisir istirahat. Sebelum pos 2 akan menemukan banyak spot untuk melihat sunrise, karena memang jalur lamuk adalah di bagian timur. Jadi tidak perlu mencapai puncak untuk sekedar menikmati sunrise (matahari terbit). Setelah istirahat sejenak kamipun melanjutkan perjalanan
POS II
Dalam perjalanan dari Pos 1 ke Pos 2, ada sebagian teman kami yang mengalami kram pada kakinya, yakni Mas Gono dan Singgih. Kami akhirnya memutuskan untuk bertukaran tas ransel/karier. Posisi Pos 2 berada di sebelah tebing sisi kanan. Disini juga merupakan spot yang baik dengan dikelilingi pepohonan rindang untuk menikmati sunrise. di tempat ini muat untuk di didirikan beberapa tenda.
Kami sampai di Pos II sekitar 17.26, Istirahat sejenak memulihkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos berikutnya. Perjalanan menuju pos 3 dari pos 2 setidaknya membutuhkan waktu 1 jam, dengan melewati pohon-pohon kecil dan medan yang relatif mudah. Istirahat sejenak dipos 2 kemudian kami melanjutkan perjalan kembali dan istirahat dipancian pukul 18.26
POS III Pasangan
Sebelum pos 3 ada sumber air bersih berjarak 50m dari pos 3 ke arah kanan. Disana terdapat sumber mata air, dimusim kemarau sumber mata air amat sedikit bahkan kering, oleh karena itu disarankan tiap pendaki membawa minimal 2 botol 1,2 liter air. Dan usahakan sehemat mungkin dalam perjalanan.
Jika musim kemarau ketika kita masih beruntung, maka kita akan menjumpai air, dimana letak airnya berada di cekungan sungai. Airnya memang tidak sejernih pada mata air, tapi setidaknya bisa menghilangkan dahaga dan bisa dikonsumsi. Di Pos 3 ini sangat tepat untuk camping, walaupun tidak mendapat pemandangan sunrise. Akan tetapi disini relatif lebih aman karena di bawah pohon tinggi, Oleh karena itu bisa disimpulkan pos 3 ini lebih aman dari badai dan angin kencang. Area di Pos 3 ini bisa menampung sekitar 10 tenda kapasitas 4 orang.
Di Pos 3 ini banyak dijumpai kayu kering yang bisa digunakan untuk kayu bakar (api unggun). Sekiranya memutuskan Istirahat di pos 3 ini, sebaiknya tidak sampai pagi, Akan tetapi lebih baiknya adalah beristirahat sampai jam 2 pagi. Setelah itu baru melanjutkan perjalanan menuju ke pos 4.
Rombongan kami sampai di Pos 3 sekitar pukul 20.30. Hal tersebut dikarenakan ada sedikit hambatan yakni ada beberapa teman kami yang mengalami kram. Di Pos 3 inilah kami sholat jama' qoshor ( maghrib dan isyak). Setelah selesai sholat kami melanjutkan perjalanan.
Perjalanan Menuju Pos 4
Hari semakin gelap, diselimuti dinginnya malam dibawah cakrawala malam nan cerah, kamipun melanjutkan perjalanan. Perjalanan menuju ke pos 4 akan banyak menguras tenaga, karena disini medan yang di kenal "eret-eret" memaksa untuk berjalan lebih dari 60°. Di bagian eret-eret ini setidaknya memerlukan 2 jam. Disepanjang jalur eret-eret ini ditumbuhi vegetasi berupa tanaman petai-petaian yang tumbuh disekitar kanan dan kiri jalur. Ranting dan batang tanaman tersebut banyak digunakan untuk pegangan, sehingga membantu mempermudah melintasi medan tersebut. Pada musim kemarau, jalur eret-eret akan berdebu, maka dianjurkan untuk mempersiapkan masker, terlebih ketika banyak pendaki yang melalui jalur ini. Ketinggian jalur eret-eret yang kami lalui adalah ±2700mdpl
Seluk beluk nama Eret-eret
Medan yang kami lalui diawal perjalanan dari pos 3 ke pos 4 terkenal dengan nama tanjakan "Bus Way" kemudian menuju medan tanjakan eret-eret. Menurut warga medan tersebut dikatakan eret-eret karena emang disitu banyak menyita waktu dan tenaga, hingga harus terpaksa menyeret anggota badan dengan tenaga yang ada (istilahnya dieret-eret /basa jawa) agar sampai untuk menuju pos 4. Disepanjang perjalanan ditumbuhi sejenis tanaman petai-petaian. Para pendaki harus meraih ranting dan batang tanaman dikanan kiri sepanjang perjalanan tersebut untuk menanjaki medan. Melalui medan eret-eret tidak akan mampu kecuali dengan bantuan batang dan ranting pepohonan di kanan kirinya.
Setelah eret-eret selesai, vegetasi berupa pepohonan menjadi jarang, disini akan berakhir pada sebuah tebing. Kita bisa melihat desa legoksari dari sini, dan sinyal telkomsel maupun indosat penuh disini, jika keadaan tidak berkabut. Akhirnya sampailah pada suatu tempat bebatuan sebelum Watu ondo, yaitu dibawah Watu ondo ada tanah lapang yang cukup untuk mendirikan 2 tenda. Kamipun memutuskan mendirikan Camp disini karena faktor kecapaian dan juga tidak mau ambil resiko mendaki malam hari melewati Watu Ondo dengan kondisi kelelahan. Kami mulai ngecamp di sini sekitar jam 10 malam
Fajar menyingsing terlihat dari balik tenda
|
Ditempat inilah kami bermalam. |
Sekitar 100m dari tempat Camp kami yaitu arah kiri atas, kita akan menemukan sebuah batu besar yang disebut "watu ondo" disini nyali pendaki ditentukan, pendaki dituntut untuk berjalan/menaiki tebing batu tanpa pengaman, yang berada di dua sisi jurang. Setelah menaiki watu ondo, maka jalur sedikit menanjak sekitar 50meter akan sampai di pos 4.
Setelah selesai mendirikan tenda kami segera membuat kopi serta memasak mie untuk mengganjal perut kami yang kelaparan. Suasana malam begitu cerah, bisik-bisik di tenda sebelahpun terdengar begitu jelas karna susana sepi nan tenang. Amat jauh beda dengan keadaan kota yang penuh kebisingan kendaraan yang berlalu lalang. Sungguh kondisi tenang dan damai terasa, ditemani dinginnya malam berselimutkan gelap menambah malam itu semakin menenangkan hatiku. Aku senatisa rindu dengan kondisi yang demikian ini. Kebersamaan dalam perjalanan, bercanda sembari ditemani hangatnya secangkir kopi dengan teman-teman. Malam makin larut dinginpun mulai terasa, anginpun berderu makin kencang. Akhirnya kamipun tertidur berteman dingin yang menyelimuti diri.
Perjalanan Menuju Kawah Sumbing ( Segoro Wedi )
Pagi nan cerah, waktupun menunjukan jam 4 pagi, kamipun bersegera untuk mempersiapkan diri. Setelah bangun dari tidur, kami segera membuat kopi susu untuk menghangatkan badan dan memasak mie sekedar pengganjal perut yang mulai lapar. Sebagian dari kami sholat secara bergantian di tenda. Akhirnya kopi susu sudah siap, sisa roti semalam cukup buat mengganjel perut dipagi hari. Dari balik tenda semburat jingga menghiasi cakrawala, menandakan matahari akan segera terbit. Dibukit ini amat cocok untuk melihat sun rise. Kamipun mengabadikan dalam setiap jepretan Handphone kami. Sungguh pemandangan yang amat luar biasa. Anugerah Allah ta'ala yang telah menciptakan langit dan gunung. Akupun bersyukur atas nikmat ini. Allah telah memberi kesempatan kepada kami untuk mengunjungi buah karyaNya, membuat hatiku terpukau dan semakin menambah rasa bersyukur kami. Alhamdulillah Ya Robbi.
|
Indahnya menikmati kebersamaan |
Setelah mendapatkan sun rise di bukit ini, kamipun melanjutkan perjalanan. Dua teman kami yakni Gono dan Singgih tidak ikut melanjutkan perjalanan, keduanya tetap singgah di tenda. Kami berlima melanjutkan perjalanan, dengan berbekalan makanan ala kadarnya dan air yang tiak seberapa. Kami mengikuti jalur menuju Watu Ondo kemudian sampailah diatas perbukitan Watu Ondo tepatnya di Pos 4.
Kami berlima melintasi Watu Ondo
Di Pos 4 kami tidak membuang-buang waktu untuk istirahat tetapi bersegera melanjutkan perjalanan menuju kawah segoro wedi yang cukup jauh. Dari pos 4 menuju kawah segoro wedi memakan waktu cukup lama sekitar 2 jam. Jalur ini jauh dari sumber air, dan sulit untuk dijangkau, terlebih bila belum mengetahui posisi sumber air akan kesulitan menemukannya. Sepanjang perjalanan vegetasi berupa padang ilalang dan pepohonan amat jarang. Perjalanan disiang hari akan sangat menguras tenaga, terlebih terik matahari akan membakar permukaan kulit dan juga mengeringkan tenggorokan kita. Kitapun kesulitan menemukan tempat berteduh disini. Begitulah medan yang kami lalui, medan yang tidak begitu sulit akan tetapi cukup melelahkan.
|
Edelweis sang bunga abadi |
|
Diantara rerumputan |
Watu Lawang
Sebelum menuju watu lawang ada persimpangan, maka ambilah jalur kekiri ngetrek keatas, klo kekanan menurut masyarakat emang ada jalur tapi arahnya sepertinya memutar semakin jauh dan kelihatannya menuju pertemuan jalur dari Garung. Setelah mencapai watu lawang akan ditemui banyak edelweis disini. Disamping itu banyak pula santigi gunung nan menawan. Medan mendekati Watu Lawang berupa bebatuan dari ukuran kecil sampai batu sebesar mobil cery. Dikatakan Watu lawang karena merupakan sebuah gerbang menuju Kawah Segoro Wedi, dimana jalur tersebut melintas diantara 2 bukit seolah seperti pintu (lawang). Kanan kiri perbukitan watu lawang banyak ditumbuhi edelweis dan Santigi. menambah semakin sejuk dan indahnya pemandangan disana.
Kami Sampai di pintu lawang sekitar jam 8 pagi, dari pos 4 ke Kawah Segoro Wedi membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Perjalanan dari watu lawang ke kawah adalah datar sehingga perjalanan bisa lebih nyantai. Dan angin disini bertiup sangat kencang menimbulakan suara seperti deru deburan ombak. Sungguh amat luar biasa karya Allah Ta'ala, akupun sangat takjub dibuatnya.
|
Watu Lawang Sumbing |
Dari kawah ini bisa dilihat puncak rajawali. Disini juga terdapat sebuah makam kyai Mangkunian yang diyakini adalah seorang tokoh sesepuh desa lamuk, dari kawah menuju puncak membutuhkan waktu setengah jam, dengan melewatikawah dan turun lalu naik mengitari bukit.
Pemandangan Sekitar Watu Lawang & Kawah Segoro Wedi
|
Makam Kyai Mangkunian |
View di Kawah Segoro Wedi
|
Pemulung Gunung Sedang Bertugas |
|
pemandangan sekitar kawah |
Indahnya kebersamaan
Dalam hangatnya canda tawa
Ditemani hangatnya secangkir kopi susu
Berbagi memecah sunyi
Menyentuh syahdu alunan alam
Berderu kencang tiupan angin
Menerpa wajah wajah lelah penuh semangat
Meraih mimpi mencapai sebuah puncak harapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Alhamdulillah, semoga bisa istiqomah dan bermanfaat,
Diharapkan setelah berkunjung untuk memberikan komentar
baik berupa saran maupun kritik yang membangun.